Resume Mata Kuliah Agama Islam


Pertemuan Kesepuluh: Manusia Makhluk Belajar


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Belajar menjadi proses abadi yang akan manusia jalani sampai akhir hayatnya. Postingan kali ini akan membahas topik tentang manusia sebagai makhluk belajar. Semoga memberi manfaat.

Belajar menjadi proses yang dapat menjawab tiap rahasia alam yang terjadi dengan mengkaji berdasarakan ilmu pengetahuan yang ada untuk memberikan reaksi yang sesuai dengan kejadian alam yang timbul. Lingkungan yang kondusif menjadi tolak ukur seseorang dalam mengembangkan proses belajarnya secara optimal. Pendidikan sedari dini dapat dilakukan sebagai bentuk pendidikan basis yang akan menopang kehidupan seseorang dimasa mendatang.

Akal yang menjadi anugerah sekaligus pembeda manusia dengan makhluk lainnya dapat digunakan untuk berpikir dan merubah kehidupan. Allah memberikan manusia kemampuan untuk dapat merubah hidupnya dengan daya adaptasi yang sangat luwes terhadap lingkungannya. Perubahan yang terjadi, bukan hanya atas takdir allah semata melainkan juga atas ikhtiar yang mumpuni dari manusia sendiri untuk memanfaaatkan nikmat terbesar yang diterima berupa akal untuk menjalani kehidupannya.

Teori sains terakhir bahkan mengungkapkan bahwa calon manusia telah mulai belajar saat jutaan sperma berjuang mencapai ovum dalam uterus. Jutaan sperma itu seolah saling berjuang, berebut dan berlomba mencapai ovum, banyak di antaranya yang gugur di tengah jalan. Uniknya, satu atau dua sperma (pada kasus kembar tidak identik) mencapai ovum dan terjadi konsepsi, sisa ribuan sperma yang lain mati dan menjadi nutrisi bagi ovum yang telah di buahi. Calon janin ini telah belajar berjuang, beradaptasi, bersaing, tetapi juga bekerja sama dan berkurban untuk kepentingan sesama.

Secara teoritik, belajar dapat dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Dengan demikian buah dari proses belajar tersebut dapat berupa bertambahnya pengetahuan, adanya peningkatan keterampilan, semakin sempurnanya perilaku dan sikap serta semakin matang kepribadian. Andai saja roh belajar tersebut sudah terpatri dalam setiap individu dan menjadikan belajar sebagai kebutuhan (need), niscaya budaya belajar (learning culture) dapat terbangun dan terwujud.

Konsep Pendidikan dalam Islam
Sejak lahir manusia mulai belajar untuk mulai mendengar, melihat, dan merasakan lingkungan barunya. Bahkan proses pendidikan telah terjadi sejak bayi dalam fase prenatal. Penentuan calon pendamping menjadi sangat krusial dalam islam sebagai titik awal persiapan generasi penerus yang berguna bagi kehidupan beragama, dan bangsanya. Islam bahkan memberikan kriteria yang dapat dijadikan acuan untuk memilih calon pendamping hidup, yaitu berdasarkan harta, keturunan, kecantikan, dan keislaman. Indikator keempat menjadi hal yang paling diutamakan karena landasan ketaatan yang dimiliki calon pendamping kita akan membawa keberkahan tersendiri bagi rumah tangga yang akan dibangun.

Masa kecil menjadi masa keemasan bagi manusia untuk mempelajari dunia sekitar dan merekamnya dalam memori otak sebagai pegangan bertindak. Oleh karena itu, islam mengajarkan untuk membiasakan anak kecil melakukan segala perbuatan positif meskipun dibarengi oleh paksaaan. Pemaksaan perlu dilakukan agar nilai-nilai kebaikan yang diajarkan dapat terpatri dan tertanam dalam setiap tindakan. Proses pendidikan sejak kecil seperti mengukir diatas batu, perlu juga kehati-hatian agar pahatan yang dibuat berhiaskan keindahan dan kerapian yang dapat menyenangkan mata yang memandangnya. Pembiasaan yang dilakukan harus dapat menyampaikan pesan moral secara benar, lengkap dan jauh dari kekeliruan.

Di dalam ajaran islam, orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya. Keduanya berkewajiban mendidik anak-anaknya untuk mempertemukan potensi dasar dengan pendidikan, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw yang menyatakan bahwa:
“Setiap anak dilahirkan di atas fitrahnya, maka kedua orangtuanya yang menjadikan dirinya beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (HR Bukhari).

Konsep pendidikan dalam Islam menawarkan suatu sistem pendidikan yang holistik dan memposisikan agama dan sains sebagai suatu hal yang seharusnya saling menguatkan satu sama lain, yang secara umum ditunjukkan dalam doa Rasulullah:
“Ya Allah, ajarilah aku apa yang membawa manfaat bagiku, serta karuniakanlah padaku ilmu yang bermanfaat”.

Dari doa tersebut terungkap bahwa kualitas ilmu yang didambakan dalam Islam adalah kemanfaatan dari ilmu itu. Hal ini terlihat dari hadits Rasulullah:
“Iman itu bagaikan badan yang masih polos, pakaiannya adalah taqwa, hiasannya adalah rasa malu dan buahnya adalah ilmu.”

Islam menawarkan konseptualisasi pendidikan, yang berintikan ilmu naqliyah yang melandasi semua ilmu aqliyah, sehingga diharapkan dapat mengintegrasikan antara akal dan wahyu, ilmu-ilmu syar’iyyah dan ilmu-ilmu ghairu syar’iyyah dalam proses pendidikan.

Kewajiban Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu wajib hukumnya bagi muslim laki-laki mau pun perempuan. Demikian disarikan dari hadits tentang menuntut ilmu yang diriwayatkan Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha'if Sunan Ibnu Majah no. 224.

طَلَبُ اْلعِلْمْ فَرِثْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

"Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu muslim."
Ilmu adalah amal saleh yang paling utama dan juga merupakan salah satu ibadah yang mulia. Ilmu termasuk dalam kategori jihad di jalan Allah, hal ini karena agama Allah sendiri ditegakkan dengan dua perkara, yaitu dengan ilmu (dalil/petunjuk) dan dengan pedang (senjata/perang). Hendaklah seseorang mempelajari dan mendalami ilmu agama dengan niat yang ikhlas dan untuk menghilangkan kekurangan dan kebodohan pada dirinya.

Di dalam Islam, menuntut ilmu merupakan perintah sekaligus kewajiban. Manusia diperintahkan untuk menuntut ilmu, karena dengan ilmu pengetahuan kita bisa mencapai apa yang dicita-citakan baik di dunia maupun di akhirat.
Firman Allah pada surat Al-Alaq ayat 1-5, berbunyi:

.اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ. خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ. اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ. الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ. عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al-Alaq: 1-5)

Ini ayat pertama yang turun kepada Rasulullah. Ayat ini berisi perintah untuk membaca,menulis, dan juga belajar. Allah telah memberikan manusia sifat fitrah dalam dirinya untuk bisa belajar dan menggapai bermacam ilmu pengetahuan dan keterampilan hingga dapat menambah kemampuannya untuk mengemban amanat kehidupan di muka bumi ini.

Sekian ulasan kali ini, bersua kembali dipostingan selanjutnya. Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sumber:


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Mata Kuliah Agama Islam

Resume Mata Kuliah Agama Islam