Resume Mata Kuliah Agama Islam
Pertemuan
Ke-5: Manusia Makhluk Otonom
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dipostingan kali ini, penulis akan membahas topik
yang berkaitan dengan manusia makhluk otonom. Berikut ulasannya.
Sebagai makhluk otonom, manusia mempunyai kebebasan
untuk menentukan sikap, dengan kata lain, manusia adalah makhluk yang mandiri.
Secara etimologi, Otonomi berasal dari bahasa Yunani “autos” yang artinya
sendiri, dan “nomos” yang berarti hukum atau aturan, jadi pengertian otonomi
adalah pengundangan sendiri. Otonom berarti berdiri sendiri atau mandiri. Jadi
setiap orang memiliki hak dan kekuasaan menentukan arah tindakannya sendiri. Ia
harus dapat menjadi tuan atas diri. Berbicara mengenai manusia bukanlah sesuatu
yang mudah dan sederhana, karena manusia banyak memiliki keunikan.
Keunikan tersebut dinyatakan sebagai kodrat manusia.
Manusia sulit dipahami dan dimengerti secara menyeluruh tetapi manusia
mempunyai banyak kekuatan-kekuatan spiritual yang mendorong seseorang mampu
bekerja dan mengembangkan pribadinya secara mandiri. Arti otonom adalah mandiri
dalam menentukan kehendaknya, menentukan sendiri setiap perbuatannya dalam
pencapaian kehendak yang ingin dicapai.
Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk berpribadi,
bersama-sama dengan orang lain, hidup di tengah-tengah alam dan sebagai makhluk
yang diciptakan dan diasuh oleh Allah. Manusia sebagai makhluk pribadi
mempunyai fungsi terhadap diri pribadinya, sebagai anggota masyarakat mempunyai
fungsi terhadap masyarakat. Sebagai makhluk yang hidup di tengah-tengah alam
berfungsi tehadap alam dan manusia sebagai makhluk yang diciptakan dan diasuh,
berfungsi terhadap yang menciptakan dan yang mengasuhnya. Selain itu manusia
sebagai makhluk pribadi terdiri dari kesatuan tiga unsur yakni perasaan, akal
dan jasmani.
Allah memberikan nikmat yang tak terkira jumlahnya
bagi tiap makhluk yang hidup dari kuasa-Nya. Tidak ada perbedaan yang menjadi
batasan nikmat yang diberikan Allah pada makhluk-Nya. Manusia diberikan nikmat
oleh Allah SWT secara gratis. Dibalik nikmat yang diperoleh, ada tanggung jawab
yang harus dipikul sebagai timbal balik dari nikmat yang dirasakan dan sudah
sepatutnya kita mensyukuri akan nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita.
Allah mengingatkan kepada manusia akan nikmat yang Allah berikan berulang
sampai 31 kali dengan kalimat yang sama dalam Surah Ar-rahman.
فَبِأَىِّ
ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Artinya: “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu
dustakan?”. (Q.S Ar-rahman: 55)
Adapun nikmat yang Allah SWT berikan kepada makhluk-Nya,
yaitu:
- Nikmat Hidup.
Nikmat hidup merupakan nikmat yang diberikan Allah
SWT kepada semua makhluk yang diciptkan-Nya, misalnya : manusia, hewan,
tumbuhan, dll. Allah tetapkan rezeki dan fasilitas bagi semua makhluk sesuai
kadarnya. Tak ada tuntutan bagi makhluk yang diciptakan allah untuk membayar
kenikmatan hidup yang dirasakan berupa udara segar untuk bernapas, kelimpahan
air dimuka bumi, ataupun matahari sebagai sumber panas yang sangat dibutuhkan
oleh tiap makhluk yang hidup. Namun, terkadang nikmat yang diberikan oleh Allah
dimanfaatkan secara berlebihan sehingga dapat menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan lingkungan yang dampaknya juga akan berbalik kembali pada
penghuni alam sendiri.
- Nikmat
Akal.
Nikmat yang diberikan Allah SWT hanya kepada Manusia
saja. Keistimewaan yang tidak akan pernah Allah berikan kepada makhluk hidup
yang lainnya. akal menjadi pengontrol manusia untuk menyalurkan hawa nafsunya
sesuai dengan etika dan moral yang berlaku. Nikmat Allah yang menjadi sebab
munculnya tugas sebagai khalifah di bumi bagi manusia. Akal pikiran yang
dititipkan Allah kepada manusia, menuntut manusia untuk mendalami ilmu sebagai
acuan untuk bertindak. Sudah sepatutnya sebagai manusia kita memanfaatkan akal
yang diberikan Allah agar bermanfaat bagi diri sendiri ataupun orang lain.
- Nikmat Hidayah
Nikmat yang diberikan Allah SWT hanya kepada
sebagian manusia atau manusia pilihan yang memperoleh petunjuk dari Allah.
Hidayah artinya petunjuk. Hidayah dapat muncul bukan karena ada di dalam
Al-Qur’an saja. Tetapi, bisa didapat dari kehidupan sekitar. Nikmat hidayah
berkaitan erat dengan peran manusia sebagai makhluk otonom. Jiwa manusia
dititipkan oleh dua dominasi sifat yaitu fujur dan taqwa, sebagai makhluk yang
otonom, manusia diberikan kebebasan untuk memilih antara dua dominasi sifat
tersebut.
- Dua Nikmat
yang Kerap Terlupakan
Sebagaimana sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
نِعْمَتَانِ
مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Dua nikmat, kebanyakan manusia tertipu dengan
keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari)
Dalam hadist diatas disebutkan
nikmat Allah yang paling sering dilupakan oleh manusia ada dua, yaitu:
- Nikmat
Sehat.
Manusia sering lupa akan nikmat sehat yang Allah
berikan, maka dari itu disaat manusia sehat mereka sering lupa akan kewajiban
dan tanggung jawabnya sebagi seorang muslim. Mereka akan mengingat nikmat sehat
ini dikala dirinya mengalami sakit.
- Nikmat
Waktu Senggang.
Manusia sering lupa akan waktu. Ungkapan waktu
bagaikan pedang hanya sebagai kiasan dengan kata indah yang jarang dimaknai untuk
menjalani hidup yang lebih bermanfaat. Allah berikan waktu senggang yang begitu
banyak untuk dimanfaatkan manusia melakukan berbagai kegiatan bermanfaat diluar
ibadah mahdhah yang menjadi suatu kewajiban. Namun, terkadang manusia masih
saja lalai akan nikmat ini. Waktu senggang seharusnya kita gunakan dengan
membaca Al-Qur’an, berdzikir, mengingat Allah atau bisa membaca buku pelajaran.
Kebnayakan dari umat manusia lebih senang menghabiskan waktu senggangnya untuk
hal-hal yang tidak berguna.
Sekian ulasan tentang manusia makhluk otonom kali
ini. Semoga bermanfaat.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Sumber:
Komentar
Posting Komentar