Resume Mata Kuliah Agama Islam

Pertemuan Kedua: Sunnatullah sebagai Regulasi untuk Mengatur Alam Semesta

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Hallo, Sahabat Literasi! Penulis kembali dengan topik baru tentang sunnatullah yang sering menjadi perbincangan tetapi banyak yang belum dapat menangkap dengan baik makna yang terkandung dibaliknya. Berikut ulasannya. Selamat menyelami keberkahan ilmu di dalam blog ini.

Sunnatullah terdiri dua kata dari bahasa Arab, sunnah dan Allah. Sunnatullah adalah hukum-hukum Allah atau ketentuan-ketentuan Allah yang berlaku atas segenap alam (termasuk berlaku pada tatanan kehidupan manusia) yang berjalan secara tetap dan teratur, baik untuk manusia yang dulu maupun yang akan datang. Terdapat 13 ayat dalam Al Quran yang menjelaskan tentang sunnatullah. Salah satu ayat yang menjelaskan sunnatullah adalah Al-Quran surah Al-Hijr ayat 13.

لَا يُؤْمِنُوْنَ بِهٖ ۚ وَقَدْ خَلَتْ سُنَّةُ الْاَوَّلِيْنَ

“Mereka tidak beriman (berpandangan dan bersikap hidup) kepadanya (Al Quran) padahal telah berlalu sunnatullah terhadap orang-orang terdahulu.” (Q.S. Al-Hijr: 13).

Sunnatullah merupakan hukum allah yang ditetapkan untuk menjaga keteraturan alam agar berjalan sesuai dengan kodrat dan porsinya masing-masing. Alam semesta yang dapat teratur hingga kini menjadi bukti kuat bahwa sunnatullah memiliki eksistensi dalam menjaga keteraturan alam.

Sunnatullah menurut pakar teologi, seperti yang dikatakan oleh Mulyadi Kartanegara bahwa alam diatur melalui apa yang oleh Al-Quran disebut sebagai sunnatullah. Sunnatullah memiliki perbedaan dengan hukum alam (natural law), karena untuk sementara hukum alam tidak mengizinkan suatu pengertian kreatifitas apapun, sedangkan sunnatullah memberikannya. Sunnatullah adalah kebiasaan atau cara Allah dalam menyelenggarakan alam. Dalam hukum alam, kemungkinan mukjizat tidak mendapat tempat, sementara dalam sunnatullah, kemungkinan tersebut tidak dinafikan. Kalau hukum alam mengandaikan sebuah aturan yang tidak mungkin dilanggar, dalam sunnah atau adat pelanggaran terhadap kebiasaan tidak menimbulkan sesuatu yang mustahil.

Meskipun tidak asing dengan istilah sunnatullah, sebagian umat Islam mungkin masih ragu terhadap istilah sunnatullah. Karena itu, sunnatullah perlu untuk dikaji dan dipahami lebih dalam lagi, bahwa sunnatullah merupakan kebiasaan atau cara kerja Allah dalam menyelenggarakan alam ini.

Mengenai persoalan sunatullah, Buya Hamka mengibaratkan bahwa keadaan sunnatulah tersebut sama dengan air hilir. Dia pasti menuruti aturan yang ditetapkan Allah SWT, yaitu mengalir ke tempat yang lebih rendah, mengisi tempat yang kosong yang didapatinya dalam pengaliran tersebut.

Dalam pemikiran barat, istilah sunnatullah seringkali disandingkan dengan istilah hukum alam atau bahkan dianggap sama oleh sebagian umat Islam. Padahal, di antara keduanya terdapat perbedaaan yang sangat mendasar. Di dalam konsep barat, hukum kausalitas tersebut menafikan adanya kekuasaan dan kehendak tuhan. Dalam arti lain didasarkan atas potensi suatu benda atau usaha manusia saja. Sementara, dalam pandangan Islam, justru faktor di luar diri manusia dan benda itulah yang menentukan hasil akhir dari hukum kausalitas tersebut. Dengan demikian, hukum sebab-akibat atau hukum kausalitas dalam Islam diyakini bahwa pada hakikatnya bukanlah sebab-sebab itu yang membawa akibat. Namun, akibat itu muncul karena Allah SWT yang menghendakinya.

Ketentuan Allah yang berlaku terhadap segala ciptaan-Nya di alam ini sudah ada sejak dulu sampai sekarang. Karena itu, umat Islam dituntut untuk selalu melakukan perjalanan dan penyelidikan di bumi, sehingga kita dapat sampai kepada suatu kesimpulan bahwa Allah dalam ketentuan-Nya telah mengikatkan antara sebab dengan musababnya.

Salah satu penyelidikan yang dilakukan ilmuan terhadap proses terjadinya sunnatullah di bumi yaitu penelitian tentang kristal air yang dilakukan oleh masaru emoto. Peneliti Jepang, Dr. Masaru Emoto membuktikan bahwa air sanggup membawa pesan dan informasi positif. Ayat Al-Quran yang menjelaskan bahwa air merupakan makhluk hidup yang dapat peka dengan lingkungan sekitarnya adalah Al-Quran surah Al-Anbiya ayat 30.

أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ

Terjemahan: “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al-Anbiya: 30).

Gambar molekul air yang dilontarkan perkataan yang buruk
Gambar molekul air yang dilontarkan perkataan baik dan doa
Dr. Masaru Emoto berhasil mendapatkan foto kristal air pertama di dunia bersama sahabatnya Kazuya Ishibashi (seorang ilmuwan yang ahli dalam mikroskop). Foto kristal air ini didapat dengan cara membekukan air pada suhu -25 derajat celcius dan difoto dengan alat foto berkecepatan tinggi. Hasilnya adalah air ternyata mampu merespon terhadap kata-kata, gambar serta musik baik secara positif ataupun negatif.


Orang yang belum mengerti hakikat dan karakteristik air sering mengira bahwa pengobatan alternatif dengan cara meminum air yang telah diberi doa sebelumnya, merupakan suatu cara yang tidak ilmiah. Karena itu maka "layak" disebut sebagai cara yang tidak rasional. Namun, seorang peneliti Jepang terkenal, Dr. Masaru Emoto berhasil membuktikan bahwa air sanggup membawa pesan atau informasi dari apa yang diberikan kepadanya. Bahkan air yang diberi respon positif, termasuk doa, akan menghasilkan bentuk kristal heksagonal yang indah.

Hasil penelitian Masaru Emoto yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia "The True Power Of Water" [Hikmah Air dalam Olahjiwa], merupakan pengalaman menakjubkan karena membuktikan bahwa air ternyata “hidup” dan dapat merespon apa yang disampaikan manusia.
Temuan Masaru merupakan hasil kerja kerasnya sebagai wujud kecintaan terhadap ilmu pengetahuan. Ia bahkan melakukan percobaan dengan air di Swiss, Berlin dan Prancis. Temuannya itu kemudian ia bawa ke markas Besar PBB di New York bulan Maret tahun 2005.

Dr. Masaru Emoto melakukan penelitian selama 2 bulan bersama sahabatnya Kazuya Ishibashi (seorang ahli sains yang mahir menggunakan mikroskop). Masaru yang menyelesaikan pendidikannya di Yokohama Municipal University Departemen Kemanusiaan dan Sains jurusan Hubungan Internasional berhasil mendapatkan foto kristal air dengan membekukan air pada suhu -25 derajat Celsius dan menggunakan alat foto berkecepatan tinggi. Lalu ditelitilah air dengan menggunakan respon kata-kata, gambar, serta suara.

Sekian ulasan tentang sunnatullah yang dapat penulis bagikan. Semoga bermanfat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Mata Kuliah Agama Islam

Resume Mata Kuliah Agama Islam