Resume Mata Kuliah Agama Islam

MANUSIA MAKHLUK MORAL

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Hai, sobat literasi! Postingan kali ini akan menjadi unggahan terakhir yang penulis berikan dalam memenuhi tugas mata kuliah agama islam. Topik yang akan dibahas yaitu hubungan yang terjalin antara manusia dan moral. Berikut ulasannya.

Islam memandang pendidikan nilai atau moral sebagai inti dari pendidikan itu sendiri. Nilai yang dimaksud adalah akidah akhlak, yakni nilai-nilai yang berasal dari Agama Islam yang bersumberkan Al-Qur'an dan Hadis.

Nabi Muhammad SAW bersabda: "orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Demikian juga dalam sabda Rasulullah yang lain "Tidaklah Aku diutus melainkan untuk menyempurnakan akhlak manusia."tujuan pendidikan moral yang merupakan tujuan pendidikan akhlak yaitu dalam melaksanakan perintah Allah SWT, bukan hanya untuk mendapatkan harta, kekuasaan, kenikmatan ataupun kebahagiaan hidup di dunia semata.

Oleh karena itu dapat kita pahami bahwa pendidikan moral dalam ajaran pendidikan Agama Islam berperan penting dalam upaya mewujudkan manusia yang utuh atau insan kamil. Tantangan pendidikan Islam khususnya pada negara Indonesia adalah bagaiimana mengimplementasikan nilai-nilai agama Islam kepada peserta didik secara utuh dan kaffah yang tidak saja menguasai pengetahuan, akan tetapi mempunyai kualitas iman dan akhlak mulia. Karena tujuan dari pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang mempunyai kepribadian yang serasi dan seimbang tidak dalam bidang agama saja melainkan aspek pendidikan akhlak sebagai tujuan pendidikan. Al-Abrasyi menjelaskan bahwa aspek pendidikan akhlak sebagai tujuan pendidikan Agama Islam dan merupakan kunci utama bagi keberhasilan manusia dalam menjalankan tugas kehidupan.

Pendidikan yang baik itu akan dilihat dari adanya tujuan pembelajaran yang jelas sebagai unsur penting dalam proses kegiatan pembelajaran, menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah SWT yang bertaqwa kepada-Nya serta dapat mencapai kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat. Dengan adanya kemajuan ilmpu pengetahuan dan teknologi, tidak sedikit dampaknya terhadap sikap dan perilaku manusia, baik sebagai manusia yang beragama maupun sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

Moral menjadi tema pembicaraan yang hangat dalam ranah sosial yang kompleks, setidaknya pada zaman sekarang. Kata karakter dan moral mulai muncul dengan cara pandang orang muda untuk mendobrak tatanan yang sudah ada, runtuhnya kebudayaan lama dan munculnya budaya massa, tindak kejehatan yang meningkat, perebutan kekuasaan serta kebebasan yang disalahartikan. Selain itu, respon cepat anak muda yang tidak memiliki filter terhadap pengaruh asing juga menjadi pemicu krisis moral dalam globalisasi karena terjadi begitu cepat dan seolah menjadi trend an mode yang tidak berdasar pada nilai-nilai.

Dalam memahami moral, memang menjadi susah untuk membedakan antara perubahan dan kebimbangan zaman. Beberapa anak muda dengan jenjang pendidikan tinggi, namun nyatanya juga terjerumus dalam tindak kejahatan yang telah menandai perubahan pada institusi pendidikan oyang dianggap kurang maksimal. Begitu juga dengan semakin bnyaknya terungkap kasus korupsi yang merugikan negara, yang senyatanya dilakukan oleh orang-orang terpilih. Mereka adalah orang-orang yang mengalami pembelajaran panjang, namun juga mengalami perubahan karakter dengan berbagai usaha pemenuhan hasrat. Oleh karena itu membicarakan moral adalah berbicara kompleksitas yang ada dalam kehidupan tanpa pernah mencapai titik batas.

Dalam kondisi mutakhir ini, pembicaraan moral lebih diarahkan dalam bentuk-bentuk penyimpangan. Moral berbicara mengenai baik dan buruk dalam diri seseorang dan masyarakat di sekitarnya terkait dengan perbuatan dan tingkah laku. Moral menjadi acuan atas kehidupan seseorang dalam berdasarkan sudut pandang pola-pola yang telah terbentuk sebagai wujud interaksi. Moral muncul dalam bentuk kesesuaian dan keharmonian seseorang dalam beraktivitas terkait dengan norma-norma seperti norma kesopanan, adat, tradisi dan sosial. Semua itu terwujud dalam bentuk perilaku agar senantiasa berada dalam kebijakan terkait yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.

Dalam proses pembelajaran masa kini di Indonesia tidak lagi banyak ditemukan ajaran mengenai etika dan moral. Pembelajaran moral yang ada di sekolah-sekolah dimunculkan dalam pendidikan konseling yang dalam praktiknya adalah menangani permasalahan atas tindakan kenakalan. Adapun bentuk-bentuk ajaran moral yang ditanamkan tidak disertai dengan kensensus dari  peraturan atau perundang-undangan sebagai titik dasar etika. Selain itu, kata-kata di dalam peraturan tau perundang-undangan yang selalu bisa ditafsirkan membuat hukum jadi lemah sehingga berbagai tindak kenakalan tetap menjadi keseharian.

Secara khusus, bila sekolah ingin menumbuhkan kembali moral yang dimiliki setiap individu peserta didik di dalamnya adalah dengan membangkitkan kembali kepercayaan di dalam agama Islam. Agama Islam berisikan berisikan konsep kejujuran dan membentuk hak dan kewajiban setiap individu. Sekarang ini, manusia sudah sangat sulit mengandalkan budaya yang dianggap memiliki nilai-nilai adil karena budaya yang ada sekarang ini adalah pola dari reproduksi sosial yang terbentuk secara praktis. Oleh karena itu, ketika konsep pembelajaran karakter dirancang sebagai acuan pembelajaran di sekolah-sekolah, maka elemen-elemen di masyarakat yang memiliki keterkaitan dengan agama Islam juga harus dibangun.

Di dalam sekolah terdapat konflik interpersonal yang meningkat drastis, serta hilangnya kedisiplinan peserta didik di sekolah. Krisis akhlak ini terjadi karena disebabkan sebagian besar orang tidak mau lagi mengindahkan tuntunan agama. Masalah dalam agama tidak mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, karena agama berfungsi sebagai pedoman hidup yang dijadikan sebagai sumber untuk mengatur norma-norma dalam kehidupan. Untuk itu pendidikan nilai sangat penting untuk diimplementasikan agar dapat membantu peserta didik menjadi manusia yang bisa memahami nilai-nilai ajaran agamanya tersebut dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam keidupan sehari-hari, sehingga segala pengaruh negatif dari perubahan zaman dapat diantisipasi peserta didik dengan lebih baik.

Maka dari itu dalam pendidikan perlu adanya lembaga pendidikan yang Islam yang mengedepankan moralitas dan nilai-nilai keagamaan sebagai basis konsentrasi. Menghadapi era globalisasi dan informasi, peran lembaga pendidikan Islam perlu ditingkatkan. Tunutunan globalisasi tidak mungkin digindari. Salah satu langkah bijak jika tidak mau dalam persaingan adalah mempersiapkan lembaga pendidikan Islam agar tidak tertinggal.

Pemenuhan peran edukatifnya dalam penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas, lembaga pendidikan Islam harus meningkatkan mutu pendidikannya. Penyediaan sumber daya manusia yang memiliki  kompetensi integrative, baik dalam penguasaan pengetahuan agama dan pengetahuan umum maupun kecakapan teknologis serta penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, merupakan prasyarat yang tidak biasa diabaikan untuk konteks perubahan sosial akibat globalisasi dan modernisasi.

Mempertahankan eksistensi nilai-nilai yang dianut sebelumnya, pendidikan Islam sebagai dasar ideal harus bisa menyingkronkan perubahan dengan autentitas nilai-nilai islamiyah serta melakukan berbagai pembenahan sistem dan manjemen pendidikan Islam secara structural, procedural, dan progresif terhadap perkembangan zaman di masa yang akan datang.

Nabi Muhammad sebagai Uswatun Hasanah

Dalam pandangan seorang mukmin, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebaik-baik teladan (uswah hasanah) dalam semua keadaan beliau, kecuali dalam hukum-hukum yang memang dikhususkan bagi beliau semata.

Allah Azza wa Jalla berfirman menjelaskan kaedah yang sangat agung ini dalam firman-Nya:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Terjemahan: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allâh [al-Ahzab: 21]

Walaupun ayat ini turun ketika di dalam keadaan perang Ahzâb, akan tetapi hukumnya umum meliputi keadaan kapan saja dan dalam hal apa saja. Atas dasar itu, Imam Ibnu Katsîr rahimahullah berkata tentang ayat ini, “Ayat yang mulia ini merupakan fondasi/dalil yang agung dalam meneladani Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam semua perkataan, perbuatan, dan keadaan beliau. Orang-orang diperintahkan meneladani Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perang Ahzâb, dalam kesabaran, usaha bersabar, istiqomah, perjuangan, dan penantian beliau terhadap pertolongan dari Rabbnya. Semoga sholawat dan salam selalu dilimpahkan kepada beliau sampai hari Pembalasan”.

Demikian juga Syaikh Abdur Rahmân bin Nâshir as-Sa’di rahimahullah menjelaskan kaedah menaladani Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini dengan menyatakan, “Para Ulama ushul (fiqih) berdalil (menggunakan) dengan ayat ini untuk berhujjah dengan perbuatan-perbuatan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan bahwa (hukum asal) umat beliau adalah meneladani (beliau) dalam semua hukum, kecuali perkara-perkara yang ditunjukkan oleh dalil syari’at sebagai kekhususan bagi beliau. Uswah hasanah (teladan yang baik) ada pada diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena orang yang meneladani beliau adalah orang yang menapaki jalan yang akan menghantarkan menuju kemuliaan dari Allah, dan itu adalah shirathal mustaqim (jalan yang lurus).

Sekian ulasan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih terhadap atensi yang diberikan selama ini. Semoga dapat berjumpa lagi di proyek postingan lainnya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sumber:

https://almanhaj.or.id/3623-memahami-makna-nabi-muhammad-adalah-uswah-hasanah.html

https://www.kompasiana.com/fitrianizahrauzzakiah/5db42186d541df295a726e63/moral-dalam-pendidikan-islam?page=all

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Mata Kuliah Agama Islam

Resume Mata Kuliah Agama Islam